Sakinah Bersamamu: Kitab Populer Studi Meraih Surga di Dunia, (Insya Allah) di Akhirat
Dalam
profil-nya, Asma Nadia disebut sebagai penulis best seller paling produktif di Indonesia. Terbukti, dalam waktu 10 tahun ia telah
menulis lebih dari 50 buku. Di awal
eksistensinya di dunia kepenulisan, Asma dikenal sebagai penulis fiksi, baik
itu berupa cerita pendek maupun
novel. Cerita-cerita pendeknya
dibukukan menjadi kumpulan cerpen sendiri, dan juga antologi bersama beberapa
penulis beken lainnya.
Beberapa
tahun belakangan, tampaknya minat Asma terfokus pada penulisan buku non-fiksi
yang sifatnya sebagai pencerah. Sebut
saja beberapa bukunya yang sukses di pasaran Jangan Jadi Muslimah Nyebelin (LPPH), Catatan Hati Seorang Istri (LPPH), Catatan Hati di Setiap Sujudku (LPPH), juga beberapa buku yang
ditulisnya secara keroyokan bersama penulis-penulis muda berbakat lainnya
seperti La Tahzan for Mothers dan La Tahzan for Broken Hearted Muslimah,
keduanya diterbitkan oleh Lingkar Pena
Publishing House.
Kali
ini dalam Sakinah Bersamamu, Asma Nadia menawarkan konsep baru dalam gaya
penulisan bukunya. Dalam menyampaikan
pesan-pesannya Asma sengaja mengawinkan cerita-cerita pendek yang notabene adalah kisah-kisah fiksi dengan
tulisan non-fiksi berupa buah dari pemikirannya mengenai suatu persoalan
tertentu sebagai pembahasan di setiap akhir cerita.
Ini
sesuai dengan sub judul yang tertera di cover
buku: Belajar Bijak Berumah Tangga Melalui Cerita. Masalah-masalah yang terjadi di dalam suatu rumah
tangga bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan walaupun ada juga yang bisa
dikatakan tidaklah terlalu berat. Namun
masalah-masalah dalam rumah tangga yang dianggap sepele bukan tidak mungkin bisa
berkembang menjadi masalah yang serius. Nah,
menurut pengamatan saya, dalam buku ini Asma ingin mengantisipasi sesuatu yang serius
itu dengan cara yang ringan.
Membaca
beberapa cerpen di buku ini seperti deja
vu. Artinya saya seperti diingatkan
kembali ke masa dimana saya pernah
membaca cerpen-cerpen itu di suatu masa dahulu. Ya, cerpen-cerpen di buku ini memang bukan
cerpen-cerpen baru sebagaimana diakui oleh penulisnya. Cerpen-cerpen itu pernah diterbitkan di
buku-buku kumpulan cerpen Asma Nadia beberapa tahun silam. Namun cerita-cerita itu dipilih Asma karena tema-temanya yang sesuai dalam
membangun benang merah dalam buku ini. Dengan
konsep seperti yang tertuang dalam buku ini, Asma menjadikan cerita-cerita lama
menjadi sesuatu yang baru untuk dinikmati ( kembali ) oleh pembacanya.
Cerita-cerita
pendek itu mewakili perbedaan karakter dari sepasang suami istri, perasaan cemburu,
ketidakpuasan pada pasangan, dilema seorang ibu yang ingin bekerja kembali, ketidakpercayaan
pada diri bahkan sampai pada masalah CLBK alias cinta lama bersemi kembali.
Khusus
masalah CLBK ini, Asma tidak memandangnya sebagai sesuatu yang tabu. Melainkan sesuatu yang wajar dan manusiawi.
Tetapi bukan berarti Asma memasang lampu hijau untuk persoalan yang satu
ini. Simak ulasannya di halaman 279. Cinta (ke-2) yang hadir dalam diri kita
tentu tak bisa kita tolak, sebab ia adalah makhluk Allah yang kehadirannya atau
ketidakhadirannya atas izin Allah juga. Cinta juga adalah makhluk yang
materinya hanya bisa kita sentuh dengan rasa, yang kemunculannya tak bisa kita
rencanakan. Kehadiran cinta (ke-2) tak
akan menimbulkan efek apapun jika kita pandai mengelolanya (tak perlu kita
ungkapkan rasa itu, apalagi mewujudkannya dalam bentuk ucapan atau
tindakan). Sebaliknya, ia akan menjadi
berbahaya manakala kita tak pandai mengelolanya dengan baik. Salut untuk Asma yang tidak menyikapi masalah
ini dengan keklisean semacam “menghakimi” tetapi mengarah pada solusi untuk
menghindari dan penyelesaian jika terlanjur terjadi.
Penting
untuk disadari bahwa buku ini bukan buku “perempuan”. Asma menyiratkan bahwa Sakinah Bersamamu
bukanlah titik dimana seorang istri terpuaskan dengan keshalihan sang suami. Bahwa sebuah rumah tangga akan harmonis dan
utuh ketika suami tidak macam-macam (dari sudut pandang seorang istri tentu
saja). Maka Asma pun bertindak adil
dengan menyuguhkan beberapa cerita pendek dari sudut pandang laki-laki sebagai
suami terhadap istri. Simak cerpen Mata
yang Sederhana (Hal 20), Cerita Tiga Hari (Hal 206) dan Lelaki yang Selalu
Sendiri (Hal 222).
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Sakinah Bersamamu ingin membawa pembacanya kepada satu
pemahaman bahwa kebahagiaan dalam berumah tangga tidak bisa diciptakan oleh
salah satu pihak saja. Apakah itu hanya
si istri yang berperan atau si suami saja.
Asma menyampaikan butuh “dua sayap untuk kebahagiaan”. Hal tersebut pun sebenarnya sudah jelas disebutkan
dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 2, bahwa manusia diciptakan
berpasang-pasangan dan itu merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Lalu bagaimanakah menghidupkan sakinah dalam
rumah tangga?
![]() |
foto dari www.sakinahbersamamu.com |
Asma mengulas, sedikitnya ada tiga bekal utama yang harus diperhatikan untuk mencapai kebahagiaan setiap pasangan (baca: suami istri), seperti yang diisyaratkan dalam Al Quran; membangun jiwa sakinah, menghidupkan semangat mawaddah dan mempertahankan spirit rahmah (Hal 240).
Namun
demikian, kesakinahan suatu rumah tangga tak akan ada artinya tanpa peran
anak-anak didalamnya. Untuk itulah
melalui 2 cerpennya, Sejuta Kasih (hal 104) dan Saat Memaknai Cinta (Hal 244),
Asma mengajak pembaca menyelami arti keberadaan anak-anak dalam sebuah rumah
tangga. Mengajak kita berkaca diri akan
sikap kita terhadap anak-anak. Tentang
kesabaran, kasih sayang dan penerimaan.
Sangat
menarik. Melalui 17 cerpen yang
inspiratif, buku ini membawa kita menyelami kembali arti kehidupan pernikahan
dan membawa kita berinstrospeksi lewat ulasan-ulasan Asma yang dituturkannya dengan
bahasa yang ringan. Walaupun di beberapa bagian Asma pun menyitir ayat-ayat Al
Quran dan hadist, hal tersebut diperlukan untuk memberikan referensi agar
pemahaman menjadi lebih mendalam. Katakanlah
Asma ingin menjadikan buku ini sebagai media dakwah, dan Asma membuktikan bahwa
berdakwah tidak perlu dituangkan dalam tulisan-tulisan yang “berat” dan otomatis
membosankan.
Walau
demikian Asma pun tak lantas mensejajarkan dirinya dengan filsuf atau
ulama-ulama. Asma tetaplah Asma
seseorang yang menyadari dirinya masih banyak kekurangan dan menempatkan
dirinya pada tingkatan “sama-sama belajar” dengan pembacanya, namun
kesederhanaan dan totalitasnya untuk memberikan yang terbaik bagi pembacanya,
justru menjadikan setiap karyanya menjadi istimewa.
Walaupun
hati kecil saya sesungguhnya mengharapkan bahwa buku ini akan lebih dahsyat
jika Asma menulis cerpen-cerpen baru sebagai pembangun benang merah Sakinah
Bersamamu, namun tetap saya
rekomendasikan butu ini menjadi salah satu pilihan santapan rohani yang bergizi
bagi pasangan suami istri dan sangat setuju jika buku ini dijadikan kado
pernikahan, sebagai bekal pembacanya meraih surga di dunia dan (Insya Allah) di akherat.
-- -- -- --
Kabarnya akan dibuat serial tv dengan mengadaptasi cerita-cerita dalam buku ini. Lagi-lagi pemerannya pasangan favorit saya, Dude Harlino dan Alysa Soebandono... wah ibu saya pasti udah nggak sabar. Lo kok jadi ke ibu saya? Ya... beliau juga kan penggemar berat Dude.
Ini dia trailernya...
Okesip, semoga tontonan-tontonan ini nggak rame pas deket Ramadhaan dan Lebaran aja. Semoga televisi-televisi semakin sadar untuk memberikan tontonan sehat dan bermanfaat. Men sana in televisiano, di dalam televisi yang sehat terdapat penonton yang sehat juga *apa sih*
0 Comments